Minggu, 28 Februari 2010

ROAD TO SARJANA EKONOMI

Halo, ini post pertama saya setelah sekian lama ga nulis apa-apa disini.
Kali ini saya akan cerita soal apa yang telah saya lalui sampai rasanya ingin membagi semuanya disini...
ROAD TO SARJANA EKONOMI. Dari judulnya aja udah bisa keliatan apa yang mau saya ceritakan, yess, ini pengalaman saya menempuh jalan untuk menjadi Sarhana Ekonomi.
FYI, saya kuliah di Universitas Trisakti, salah satu universitas swasta di Jakarta, Jurusan Manajemen.

Dulu banget saya bertekad untuk menyelesaikan kuliah dalam waktu secepatnya yaitu 3,5 tahun atau 7 semester. Dan impian itu kesampaian sejak saya bisa mengambil skripsi di semester 7. Namun ternyata tidak semulus yang saya duga. Pada awal-awal semester ibu saya drop (dia sudah menderita diabetes sejak 13 tahun lalu). Dokter memvonis diabetes telah menyerang jantung beliau. Terjadi penyempitan pembuluh darah pada jantung. Kebetulan saya n keluarga sedang berada di Penang, sebenarnya untuk keperluan check-up setelah adik saya dioperasi disana. Tapi mungkin karena capek, akhirnya ibu saya dilarikan juga ke RS disana, tepatnya Rumah Sakit Adventist. Setelah diperiksa, ternyata baru ketahuan kalau pembuluh darah jantung ibu telah menyempit pada lima bagian, dan dapat dikategorikan parah karena tingkat keparahannya telah mencapai di atas 80%.

Ada tawaran untuk melakukan pemasangan ring disana, namun keluarga masih pikir-pikir dulu, karena saya harus segera menyelesaikan skripsi n kuliah, adik saya harus kuliah, ayah harus kerja. Akhirnya kita memutuskan untuk pulang dulu ke Indonesia. Setelah tiba di Palembang (orang tua saya tinggal di Palembang), ibu langsung drop, malam itu juga beliau dilarikan ke Rumah Sakit Hussein di Palembang, satu malam saya menjaga ibu di rumah sakit, dan besok saya harus pulang ke Jakarta karena kuliah akan dimulai.

Akhirnya saya pulang dengan hati yang sangat was-was, mana sempat lagi terpikir untuk mengerjakan skripsi, yg ada di pikiran saya hanyalah ingin melihat ibu saya sembuh dan kembali sehat. Dua hari kemudian ibu dibawa ke Jakarta dan langsung dimasukkan ke Rumah Sakit Khusus Jantung Harapan Kita, namun dokter2 disana menganjurkan ibu untuk operasi bypass dan ibu tidak mau, sehingga, terpaksa kita memindahkan ibu ke RS Medistra. Beberapa hari kemudian akhirnya dokter melakukan pemasangan ring pada pembuluh jantung ibu sebanyak lima ring. Dokter yang menangani waktu itu ialah Prof. Santoso. Walaupun resiko kegagalan untuk pemasangan ring lebih kecil dari operasi tetap saja saya dan keluarga sangat cemas. Kadang-kadang pikiran buruk pun terlintas. setelah kira2 2 jam akhirnya kami mendapat kabar bahwa pemasangan ring ibu telah selesai dan kami boleh menemui beliau. Rasanya saya pengen lari langsung ke ruang operasi. Saat sampai di ruang operasi, saya tidak menemukan ibu tertidur di kasur operasi, saya kaget mendapati beliau sedang duduk santai di depan layar komputer. Ibu bilang bahwa operasinya sama sekali tidak sakit dan dia bisa langsung duduk tanpa merasakan sakit apapun. Saya senang sekali dan langsung mengucapkan syukur pada Allah swt.

Dua hari kemudian ibu meninggalkan rumah sakit dengan keadaan sehat namun masih sedikit lemah dan pusing. Banyak sekali obat-obatan yang harus dimakan ibu, sampai belasan obat tiap harinya. Namun saya sangat senang dan bersyukur karena keadaan ibu benar-benar berbeda sekarang. Sebelum dipasang ring, beliau hanya mampu duduk di kursi roda, sekarang jalan-jalan kesana kemari sudah lincah, kyk ga pernah sakit apa-apa aja. I only can thank to God...



to be continued....